Modifikasi Motor Suzuki Satria FU 150, PILIHAN 1=DRAG
Di kelas bebek s/d 200 cc 4-tak tune-up ajang Pertamina Enduro Pertamax
Corsa Dragbike Championship 2011, Suzuki Satria F 150 pacuan Dani Tilil
tak ada lawan. Pria berbadan kurus itu menorehkan catatkan waktu 7,783
detik di sirkuit Jl. Benyamin Sueb (27/11) lalu. Timingnya terkecil
diantara rivalnya.
Sukses Tilil disupport abis Hari Novrian, mekanik AHM SKM Harry Motor.
Kebetulan Uda, sapaan karib Hari, piawai juga garap mesin bebek
Hyperunderbone buat liaran trek 800 meter yang kapasitasnya hampir 300
cc. Yang liaran pernah diulas MOTOR Plus juga.
“Buat turun pada jarak 201 meter, spek dan setingan mesin beda sedikit.
Terutama kem dan stroke. Tapi, Tilil bilang powernya hampir mirip 300
cc. Padahal setingan spuyer masih dibikin agak boros untuk kejar aman,”
ujar Uda yang mengaku mesinnya baru digarap kurang dari 2 minggu ini.
Perbedaan spek dan setingan yang diakui Uda, lebih fokus pada ubahan
kem. Untuk trek resmi 201 meter, kem yang dipercaya durasinya dibikin
310 derajat. Sehingga mesin tetap mantap di akselarasi tanpa kurangi
performa di top speednya.
“Durasi dibuat kembar. Untuk klep isap membuka 50º sebelum TMA (Titik
Mati Atas) dan menutup 80º setelah TMB (Titik Mati Bawah). Sedang klep
buang membuka 80º sebelum TMB dan menutup 50º setelah TMA,” imbuh Uda
yang buka bengkel di Jl. H. Naman Blok R6/2B, Pondok Kelapa, Jakarta
Timur itu.
Racikan kem dimaksimalkan ruang bakar yang diseting dengan rasio
kompresi 13,2 : 1. Dibikin agak tinggi agar tenaga bawah lebih
responsif. Sebab untuk bisa cepat, mesin 184,7 cc itu kini andalakan
seher bore up diameter 66 mm punya Tiger dan naik stroke.
“Kalau posisi big end tetap. Cuma pasang pen stroke ukuran 3 mm.
Sehingga langkah seher sekarang jadi 54 mm,” tegas Uda yang
mempercayakan knalpot DBS custom untuk pipa gas buangnya.
Lalu di trek Jl. Benyamin Sueb yang cenderung panas, asupan gas bakar
disuplai Pertamax Plus dan udara dari karbu PE 28 reamer 1 mm bagian
atas dengan setingan spuyer 132/50. Apalagi buka-tutup aliran gas bakar
diatur payung klep standar F 150, yang menurut bapak 1 anak ini dirasa
masih mumpuni.
“Karena mesin baru jadi, setingan spuyer dicoba dibikin lebih basah dulu
biar aman waktu race. Terlihat dari elektroda busi hasil pembakaran
yang warnanya masih agak kecoklatan. Padahal kalau time mau dibikin
lebih cepat lagi, bisa saja sih. Caranya dicekek lagi. Kemarin bisa
pasang main-jet sampai 125 atau turun 3 step lagi,” lanjut Uda.
Nah, dari semua ubahan tadi, komponen vital penentu kemenangan motor
Dani Tilil adalah kampas koplingnya. Tanpa didukung peranti yang tepat,
tenaga motor enggak maksimal ke roda belakang.
Tak ayal Uda mempercayakan kampas kopling Suzuki RGR150. Katanya
materialnya lebih kuat dan penampang permukaan kampasnya lebih lebar.
Resiko kampas slip jauh dari bayangan. Sebab dibanding aslinya, jika
dipakai untuk balap biasanya tapak kampas gampang lepas. Selain itu umur
pakainya enggak bisa lebih dari 2 kali turun. Lebih awet jadinya. Awas!
DATA MODIFIKASI
Ban belakang : Eat My-Dust 60/80-17
Ban depan : Comet 215-17
Cakram depan : Honda BeAT
Swing-arm : Variasi aluminium
Modifikasi Motor Suzuki Satria FU 150 PILIHAN 2=DRAG
Wildan
Zuhdi termasuk anggota Tim MT. Yaitu kumpulan speed lover yang kerap
adu kebut di Jl. MT Haryono, Jakarta Timur. Namun pacuan Wildan kerap
keok dibanding motor milik Wildan Abnormal dan Pahla Gumelar. Mereka
juga sesama anggota SSFC (Suzuki Satria F150 Club).
Itu yang membuat Satria F-150 milik Wildan Zuhdi dikorek abis. Sengaja
diorder pada Mas Londo TRB alias Agus Ernawan. Dia mekanik asal Jogja
yang selalu menyertakan hasil dinotest setiap kali menelurkan motor
balap.
Format korekan sebenarnya untuk turing. “Power besar namun kuat diajak
jalan jauh. Sekaligus untuk media pembelajaran bagi pembaca. Makanya
daleman mesin rela difoto-foto,” jelas Wildan.
Untuk bore up, ogah meniru lawan yang aplikasi diameter seher 70 mm. Mas
Londo memilih format lain. Menggunakan seher Kawasaki Boss yang
oversize 200. Ukuran diameternya 67 mm.
Karena untuk turing, stroke dinaikkan. Supaya torsinya lebih besar.
Posisi big end digeser 3 mm. Otomatis naik-turun stroke bertambah 6 mm.
Asalnya langkah seher standar hanya 48,8 mm, kini jadi 54,8 mm.
Dari sini bisa ketahuan. Volume silinder sekarang 193 cc. Lebih besar
daripada menggunakan seher 70 mm dengan stroke standar yang hanya 188
cc.
Meski naik stroke, namun paking blok silinder tidak kelihatan. Karena
Mas Londo menggunakan setang seher Yamaha Scorpio. Katanya lebih pendek
1,5 mm dibanding milik Satria F. Ditambah pemapasan kepala seher 1 mm.
Jadinya stroke bisa naik-turun 3 mm tanpa ada nya paking tebal.
Untuk memperbesar debit gas bakar, klep isap menggunakan 25 mm.
Sedangkan klep buang 23 mm. Diambil dari motor Bajaj Pulsar. Karena
memiliki batang hanya 4,5 mm. “Seperti punya Satria F yang kecil,
sehingga minim gesekkan,” jelas Wildan yang kini dinas di kehutahan
Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung itu.
Yang unik pada penggunaan kem. Menggunakan dua noken as standar in.
Tapi, satu untuk mengatur klep isap dan satu lagi untuk mengatur klep
buang. Supaya tidak tertukar ketika pemasangan, untuk kem buang dikasih
tulisan ex.
Kedua kem durasinya dibuat 295 derajat. “Bisa besar karena diukur dari
lift nol. “Begitu pelatuk menyentuh klep, durasinya mulai dihitung.
Tidak seperti biasanya yang diukur setelah klep membuka 1 mm,” jelas Mas
Londo yang sedikit endut itu.
Durasi segitu didapat dari klep isap membuka 27 derajat sebelum TMA
(Titik Mati Atas) dan menutup 88 derajat setelah TMB (Titik Mati Bawah).
Untuk klep buang, membuka 88 derajat sebelum TMB dan menutup 27 sesudah
TMA.
Buat rasio kompresi hanya dipatok rendah. Yaitu 12 : 1. Maklum hanya
dipakai harian. Agar bahan bakar yang digunakan bisa menggunakan dari
SPBU.
Sedangkan karburatornya dipilih yang punya venturi besar. Yaitu
menggunakan Keihin PWK Sudco 35 Air Strike. Pilot-jet 35 dan main-jet
120.
Pelepasan gas buang juga kudu lancar. Dipesan khusus dari bahan
steinless steel. Buatan pengrajin knalpot yang menamakan dirinya Stenley
asal Ciledug, Tangerang.
Kopling 6 Lembar
Karena power dan torsi sudah besar, kalau menggunakan kampas kopling
biasa akan selip. Termasuk ketika hanya menggunakan per kopling yang
lebih keras. Gejala selip tetap terasa. Tenaga mesin akan terbuang
percuma.
Untuk itu, aksi modifikasi di rumah kopling dilakukan. Dibuat agar bisa
terpasang 6 lembar dari semula yang hanya 5 lembar. Pelat pengangkat
dibubut dan rumah kopling dipapas. Hasilnya kini tidak selip lagi.
Padahal per kopling masih pake aslinya. Namun supaya maksimal kudu
diganjal ring ring 2 mm.
Uji Dynotest
Satria yang dijuluki Den Bagus ini kurang puas kalau dikorek hanya
berdasarkan kira-kira. Untuk pengujian kenaikan powernya, menggunakan
dynotest. Sewa di Ultraspeed di Jl. Haji Mencong, Ciledug, Tangerang.
Berikut magnet yang sudah dientingin dengan sisa beratnya 800 gram,
powernya kini kelihatan jadi 27,17 HP pada 10.100 rpm. Torsi yang
dihasilkan 20,51 Nm di 8.700 rpm.
Di jalanan pernah ketemu Kawasaki Ninja 250R yang sudah menggunakan
knalpot racing. “Main tarik-tarikan, hasilnya bisa menang,” kenang
Wildan yang sebelum ini pernah diasapi Yamaha Jupiter MX 250 cc di
Bangka. Kini siap melawan kembali MX terkencang disana itu.
DATA MODIFIKASI
Pelek : TK Excell 1,4×17 & 1,60×17
Ban depan : Mizzle 2,50×17
Ban belakang : Comet 60/80×17
Final gir : SSS 14/36
Rantai : TK gold 428H
Gas spontan: RS125
MODIFIKASI MOTOR SUZUKI STRIA F, PILIHAN 3 = DRAG
Cylinder head fu klep 27/23
Minimal untuk bore up piston scorpio
bore up suzuki satria fu :: 200cc lebih :: untuk harian -- balap!
noken as racing suzuki satria fu
Mengapa head 4 klep lebih baik daripada yang 2 klep ?
Head multivalve apalagi suzuki satria fu, yang dibekali teknologi Double
Over Headed Camshaft :: alias 2 batang klep diatas kepala silinder,
bubungan in terpisah dengan bubungan out, adalah lompatan besar dalam
dunia mesin motor indonesia. Jenjang karir bagi mekanik yang memahami
sistem DOHC, bisa jadi melompat menangani mesin-mesin mobil, hmmm…
Belajarnya pun, kita harus bertolak kepada tuner mobil, salah satu
anutan yang dipakai oleh RAT adalah, Bill Sherwood dari Sidney
Australia. Beliau menerangkan bahwasanya head dengan jumlah klep inlet
maupun out ganda , memiliki beberapa keunggulan, dibanding head
konvensional.
Mengurangi beban dan tenaga yang hilang akibat gesekan, utamanya di
retainer set atau camshaft follower. Rocker-arm dan perangkatnya adalah
kerugian, karena untuk membuka klep, noken as masih harus dimakelari
oleh perangkat lain. Bandingkan dengan head satria fu, noken as bekerja
mengontrol langsung buka dan tutup klep, tidak ada perantara, minim
beban gesek. Artinya bisa kamu lihat , suzuki satria fu dengan mudahnya
menarikan jarum tachometer ke belasan ribu RPM. Pernah lihat grand
standard seperti itu… ooo tidak bisa :)
Kebutuhan pir klep yang lebih lembut. Dengan berat massa klep yang
relatif lebih ringan, batang klep fu ber-diameter 4,5 milimeter ,
dibandingkan megapro berdiameter 5,5 milimeter. Payung klep fu hanya 22
milimeter, dibandingkan megapro 31 milimeter. Berat dari klep ini
sendiri adalah kerugian, untuk mengembalikan klep pada kedudukannya,
megapro membutuhkan pir klep lebih keras, sedangkan fu cukup dengan pir
klep relatif lembut. Kinerja mesin berputar menjadi ringan, akselerasi
tidak diragukan lagi = yahud!
Nafas. Ini ada hubungannya dengan valve curtain area, atau luasan
saat klep terbuka, rata-rata multiklep memiliki flow 20 % lebih baik
daripada yang klep tunggal. More FLOW = More POWER!
Dasarnya suzuki satria FU emang sudah lumayan kencang, tapi kalau jiwa dan imaji kalian lebih dari itu… kami siap membantu!
Seperti salah satu ide untuk membangun motor harian kencang, adalah dengan BORE UP!
Jangan jadi banci dengan main tanggung, instalasi piston scorpio adalah
pilihan tepat, kapasitas mesin melonjak menjadi 200 centi cubic. Kenapa
ga stroke up? Dengan tetap mengandalkan langkah standard, kita masih
bisa meneriakkan mesin FU dengan keras di RPM tinggi!! Dasar
argumentasinya ada di teori yang bernama : Piston Speed.
yuk kita hitung, langkah fu 48,8 milimeter dikonversi dalam inches ,
menjadi 1,921 , anggap saja kita ingin mesin mampu teriak hingga 12.000
RPM. Maka hasil perkaliannya adalah 3.842 fpm. Mesin modern biasanya
memiliki limit kinerja mesin di kisaran 4,000 fpm. Jadi sadarlah, 12,000
fpm adalah limitasi aman untuk kinerja kruk as dan part-lainnya. Mesin
awet itu berasal dari mekanik yang cerdas dan pemilik motor yang
menurut, jadi ketika keliling Indonesia naik fu bore up – cukup oper
gigi di 11,000 RPM lah paling tinggi, dijamin aman selama seluruh
penataan benar :)
Untuk balap? Lain lagi, mesin fu bisa dipaksa untuk teriak hingga 13,000
RPM lebih, apalagi mesin balap drag… hanya saja yang perlu kita tahu,
dalam balap -selesai event mesin kita bongkar dan dievaluasi ulang,
part-part apa yang perlu diganti jadi kelihatan, bukan menunggu rusak
dan jebol.
Porting head adalah penentu utama apakah mesin sanggup teriak hingga
belasan ribu RPM atau tidak. Meningkatkan aliran udara berarti
meningkatkan performa mesin. Tidak semua bagian pada porting diambil
oleh pisau tuner, bagian-bagian tertentu dengan kelokan tidak rata, dan
area yang bumpy menjadi konsentrasi utama.
Pengaturan kompresi saat bore up menjadi kuncian, negosiasi antara
tenaga dan bahan-bakar yang harus dipakai menjadi topik pembicaraan
antara mekanik dan pemilik motor. Untuk dipakai sehari-hari penting
untuk menjaga kompresi tidak terlampau tinggi dari desain pabrikan,
untuk menjaga keawetan spare-part.
Lift noken as cukup ditinggikan 1 milimeter dari standard, durasi dibuka
di kisaran 288 derajat, untuk lebih memberi banyak tenaga pada mesin.
Durasi lebih besar berarti banyak bahan-bakar masuk ke dalam silinder,
hal ini membutuhkan penyesuaian waktu penyalaan busi lebih maju, maka
cdi REXTOR adjustable didaulat untuk menyelaraskan pembakaran. Pengkabut
bahan-bakar dibantu dari moncong keihin pe28 yang sudah direamer 3
milimeter agar tidak terjadi jelaga dalam transfer tenaga hingga RPM
tinggi. Kampas kopling suzuki RGR dan pir kopling suzuki smash menjadi
andalan penghantar daya anti selip. Knalpot dengan pipa multi taper
menggeser knalpot standard, apa yang bisa dipertahankan mungkin hanyalah
tabung silincer standard, namun dalaman haruslah dimodifikasi ulang
untuk meningkatkan tenaga.
Kini Suzuki satria FU 200 CC siap menemanimu di segala suasana, pencet electric starter – nya, … RRRrrrooOAAAAARRrrrRR!!!
Tetap Sehat! Tetap Semangat! Biar bisa modifikasi mesin tiap hari!!!
MODIFIKASI MOTOR SUZUKI STRIA F, PILIHAN 4 = DRAG
BORE UP!
piston scorpio modifan
Yeah, kenapa dipikir pusing, A.Graham Bell selalu bilang dalam bukunya
four stroke engine performance tuning, BORE UP adalah hal termudah
meningkatkan tenaga, kelebihan 8 milimeter ekstra luasan piston scorpio
bisa dimanfaatkan memompa dapur pacu mesin. Mengandalkan stroke standard
motor, sanggup mendongkrak kapasitas silinder menjadi 187 cc.
Penambahan 27 % kapasitas silinder belum tentu membawa tambahan tenaga
dengan prosentase sama jika tanpa diimbangi modifikasi sempurna dan
perhitungan cermat. Tapi setidaknya kita sudah ada modal menuju motor
kencang! So kenapa ragu…
FU turing bore up scorpio
KOMPRESI
Mengapa motor standard bisa awet bertahun-tahun, sebaliknya motor balap
race / drag umur nya dapat dihitung dalam jam kerja? Jawabannya hanya
satu , KOMPRESI. Kompresi adalah sumber utama penghasil tenaga, namun
juga sumber perusak durabilitas mesin. Mengapa? Kamu kira pabrikan
honda, suzuki, yamaha itu membuat motor di Indonesia untuk balapan,
bukan! Hanya untuk harian dan jalan-jalan ke pasar. Oleh karenanya
kebanyakan memiliki kompresi antara 9 – 10 : 1, rendah banget. Kebetulan
FU dengan karakter sport memiliki kompresi 10.5 : 1. Makanya sejak
lahir dia sudah lebih kencang dari motor bebekmu , hehehe…
Mengukur dan menjaga kompresi tetap rendah adalah tugas engineer,
memastikan ketepatan pemilihan oktan bahan-bakar yang dipakai sesuai
modifikasi adalah kewajiban pemilik motor. Karena tantangannya harus
awet maka kompresi dinaikkan sedikit saja di angka 11 : 1. Kok bisa ?
Kapasitas melonjak kok kompresi tetap rendah? Harusnya kan minim udah 13
: 1.
Ayo sekali-kali kita belajar, bagaimana menurunkan kompresi! :) Hehehe…
- Penambahan paking blok cylinder : paking blok maupun paking head
berpengaruh terhadap jarak atap piston terhadap kubah, celah ini semakin
renggang maka kompresi pun semakin turun.
- Mendesain piston dengan atap cekung, seperti milik motor honda
karisma, jangan yang dome terus :) Toh buktinya enak, motor ringan dan
nafas terus hingga belasan ribu rpm.
- Melebarkan kubah ruang bakar dengan pisau tuner, ingat perbandingan
kompresi adalah pembagian antara kubah ruang bakar melawan silinder,
pembentukan ulang kubah ruang bakar sesuai volume silinder yang baru
mutlak perlu.
apalagi ya… dari cam juga bisa, :) nanti dulu tapi ya …
Kekuatan Porting
Konfigurasi katup inlet 22 milimeter milik fu dalam memasok bahan bakar
ke silinder dirasa cukup. – cukup maksa maksudnya hahaha… karena
sebenernya ya tidak cukup, dicukup-cukup kan karena dana nya sang empu
motor belum cukup buat bikin klep dengan lebar yang cukup hehehehe…
cukup bingung kan bacanya. Lagipula membuat klep lebar butuh waktu dan
antrian lama di proses fabrikasi / pembubutan. Bagaimana solusinya?
inspirasi porting
Meniru cylinder head honda estillo jawara milik team SMS Drag Racing
yang turun di kelas sedan 1.700 cc standard, dimana memainkan cam dan
klep adalah haram hukumnya, jadi yang diandalkan ya kompresi dan
porting, gila! Melebarkan kiri kanan porting serta fokus di bowl area
adalah jawabannya. Lebar porting dibuat 32 milimeter. Dengan melebarkan
kita berusaha menambah air flow tapi tanpa mengurangi gas speed. Kenapa?
Karena ini sebetulnya mesin maksa, klep kecil kecenderungannya
hisapannya terlalu cepat.
Berpikir ala konvergen dan divergen. Memang jika hanya portingnya saja
yang dibesarkan efeknya tidak akan se-istimewa jika klepnya disesuaikan,
repot kan. Namun karena menjaga konfigurasi mesin tetap Big Bore,
dimana dia memiliki langkah pendek cenderung piston speed lebih rendah,
mesin dirasa mampu dipacu belasan ribu RPM untuk mengejar kecepatan
udara dalam porting. Coba deh lihat spec motor special engine macam,
Honda CRF 250, piston 78mm stroke cuma 52mm. Yamaha Yz250f , piston 77mm
stroke cuma 54mm. Atau sang jawara drag FFA milik tim kolor ijo, KTM
250 sx-f diameter piston 76mm stroke 55mm. Semuanya pistonnya gede-gede,
stroke nya relatif jauh lebih rendah. Portingnya bagaimana hayo…?
Search di google deh… itu pedoman untuk bikin fu :)
Noken as gemuk
Kalau kita disuruh mempertahankan noken as standard? Bisa! Namun ya
setengah mati nyetingnya dan tenaga tidak keluar maksimal. Lagipula kita
kan punya ilmu, kenapa tidak dilakukan demi manfaat yang lebih banyak.
Nah, disini peranan noken as kerbau baru diperlukan. Ketika efisiensi
volumetrik sukar dijangkau dari konfigurasi katup, maka durasi dan
lifter noken as lebih dimainkan. Terutama durasi katup, ketika
ditunjukkan camshaft honda estillo yang dipapas 2 milimeter hanya untuk
mengejar profil, tapi ternyata cuma menambah lifter 1 milimeter, kita
sangsi mampu memberikan tenaga lebih. Namun kata cak amin, cam seperti
itu ternyata mampu memberi lebih banyak flow dibanding cam hi-lifter.
Efeknya lari kendaraan lebih nyedo0o0o0t kaya 2 tak, bukan kaya bencong
lho… ^_^
camshaft racing suzuki raider RAT
Oke, tinggal kita tiru dan sempurnakan, daripada main papas, kali ini
noken as standard fu kita babet dengan las argon setebal 2 milimeter,
kemudian digerinda ulang untuk menghasilkan lifter + 1 milimeter namun
dengan profil lebar. Dengan main las, pantat cam tidak tersentuh,
sehingga kami masih bisa memasang dekompresi cam, alias ntar kalo nyelah
ga susah. Alhasil, electric starter pun masih mudah dinyalakan, tekan
langsung greng. Celah shiem terhadap cam 0,10 milimeter inlet, 0,12
milimeter outlet. Suara cam bisa diminimalisir cuma husuk husuk husuk
gitu suaranya agak2 ngosos gitu deh hehehehe :D
Belum mampu membeli pir klep racing, bisa diakali dengan penambahan
ganjal ring setebal 1 milimeter dibawah pir klep inlet dan 0,7 milimeter
dibawah pir klep out. Kalau ada duit buat beli pir katup racing, pasti
kita tambahi modifikasi back cut valve, tambahan tenaga 10 % lagi bisa
didapatkan. Hufffttt… emane…
SUPPORTING APPAREL
Perangkat pembantu tenaga lain adalah CDI Rextor adjustable, karburator
pe 28 milimeter, knalpot aftermarket, kampas kopling suzuki RG150R, pir
kopling TDR. Dibeli karena memang dibutuhkan. CDI itu diperlukan untuk
menaikkan pengapian di 37 derajat menjelang TMA serta membuka limiter ,
sehingga ketika diumpan di 12,000 RPM mesin cepat teriak bersambung
tidak terputus pengapiannya.
Kampas kopling dan pir kopling dibeli karena bawaan standard sudah selip
menerima tenaga baru, kalau ga selip ya pake aja yang standard. PE 28
milimeter diharapkan mampu terus menyuplai tenaga di putaran menengah ke
atas, kenapa ga make karburator lebih besar? Sebenernya pengen, tapi
sang pemilik motor masih takut boros, hihihi…
Semua sudah tertata rapih, bismillahirrahmanirrahim… mesin dinyalakan,
road testing… top speed ternyata mampu menembus 150 kpj, wow… tipuan
speedometer atau sugesti? Belum asyik kalo belum dicoba balap 800
meteran , hasilnya melibas mx 200cc, megapro 200cc 23dk tipis 2 body,
bahkan melibas jauh kawasaki-zx modifan ibukota yang sudah piston tiger
klep tiger dengan topspeed 170 kpj (ternyata yang kencang speedometernya
aja) wkwkwk…
Kalau kata tuner modern, apalah arti sebuah topspeed tanpa fakta empiris
hasil modifan kamu? HOAK! Lebih baik dynotest… okeeeyy… kita jabanin.
Langsung mengangkat telf untuk menghubungi mas Adi dari Dealer Resmi
Yamaha Banyuwangi Motor, disana tersedia dynotest sportdevice dari
REXTOR, kita janjian khusus untuk menyewa alat dyno nya. Perjalanan dari
sidoarjo ke surabaya sejauh 40 kilometer, ditempuh hanya untuk
mengetahui hasil testing. Dan inilah hasilnya, Power 24 DK meruncing
hingga di puncak 11,000 RPM, Torsi besar sudah didapat di 9,000 RPM 17.5
Nm, kata mas Adi jika mampu sedikit lagi menyempurnakan jetting
karburator maka tenaga 25 dk bukan tidak mungkin mudah diraih.
Bagaimanapun, tetap patut disyukuri dari hanya modal sederhana , berbuah
kebahagiaan pemiliknya…
Modifikasi Motor Suzuki Satria FU 150, PILIHAN 5=DRAG
Piston
atau seher CBR150 cukup menguntungkan. Karena ringan dan bentuknya
sudah seperti racing. Badan seher hanya sedikit yang bergesekan dengan
dinding liner. Menguntungkan buat motor drag bike yang semuanya harus
serba ringan.
Seher CBR150 yang digunakan oversize 300. Kini kapasitas silinder 215 cc
karena sudah dibarengi naik stroke dengan penggantian setang seher
punya Yamaha LS3.
"Diameter
seher 66,5 mm dibarengi stroke jadi 62 mm. Ini setelah pen kruk as
dimodifikasi dan aplikasi pakai setang piston Yamaha LS3,” imbuh mekanik
dari Jl. Intan 1, No. 86, Harapan Jaya, Bekasi.
Gak hanya seher dan stroke yang naik, rencananya magnet juga begitu.
Dibikin lebih maju teknologinya. Magnet dibikin seperti milik spesial
engine. “Tapi, buat sendiri. Bentuknya mirip YZ125 namun sistem basah
atau kerendam oli. Bobotnya dibikin 320 gram,” lanjut mekanik piawai
kelistrikan ini.
Pilih bobot 320 gram (lebih berat 20 gram dari magnet asli YZ125 atau
motor drag umumnya), jelas punya alasan. Kata pria sumringah ini, bobot
sedikit berat untuk mengejar rpm tengah ke atas. Ditujukan imbangi
bobot total Satria F-150 yang cukup berat di kelasnya.
Biar piston enggak mentok, kompresi diamankan dengan memapas lingkar
luar atau mendem piston 2 mm. Volume ruang bakar didukung kem LHK dan
knalpot handmade.
"Kem dapat dari pemilik motor tanpa diubah ulang. Karena speknya pas
dengan karakter mesin. Cuma buka-tutup sangat rahasia,” yakin Sapuan.
(motorplus.otomotifnet.com)